Akhirnya, akhirnya, yang ditunggu menghampiri. Kami sampai di Kabupaten Ende. Yeay! Pondok Bina Ola Ngari namanya. Tempat kami akan bermalam hari ini. Pukul 17.00 saat akhirnya kami makan siang kesorean. Ah, nikmat. Kami disambut, oleh beberapa petugas Bappeda yang sudah menunggu kami dari siang dan sudah menyiapkan makanan ini. Sambil beramah tamah bersama Ibu Veronica dan Bapak Ahmad Abdurrahman yang katanya salah satu petugas muslim di Bappeda yang jarang ditemui disana, kami diberi tahu kalau ternyata Bapak Bupati Ende ingin bertemu pada pukul 19.00.
Kami menamakan diri Geng Ende Kece. 17 orang, 15 wanita, 2 pria. Cantik dan tampan pakai batik semua dan wangi. Hehe Photo by: Kamera Samsung Ringsek Rucitra Deasy |
Ya, dan terbayang 15 wanita 2 lelaki harus mengatur waktu untuk rapi-rapi hanya dalam 2 jam setelah perjalanan menakjubkan tadi. Setengah jam sudah habis untuk makan dan ngobrol dan kami akan dijemput pukul 18.30. Berarti hanya ada waktu 1 jam untuk kami para wanita yang 80%-nya pakai jilbab untuk rapi-rapi. Teramat hiruk pikuk sore itu. Such a tight yet fun schedule! ^^
Lalu, sampailah kami di rumah jabatan Bapak Bupati Kabupaten Ende yang ternyata letaknya tak jauh dari tempat kami menginap. Yang saya tangkap, hal ini luar biasa untuk saya. Kami ini hanya mahasiswa bau kencur untuk apa disambut begitu antusias oleh pejabat pemerintah setempat. Yang saya tahu itu artinya mereka menghargai kami. Kami datang dengan misi dan kami didukung sepenuhnya bukan disepelekan seperti yang kerap terjadi disini. Haa.
Jalannya diskusi malam itu teramat menyenangkan. Meskipun begitu formal yang biasanya saya hobi ngomong nonsense. Malam itu karena saya kebetulan ketua kelompok terpaksa bicara formal dan santun. Anggun seperti biasanya. Ha! Bercanda.
Setiap perwakilan kelompok menjelaskan apa saja yang akan kami lakukan selama sebulan kami disana dan niat baik kami, syukurnya diterima baik juga oleh pemerintah setempat. Selain itu, kami juga diberikan gambaran jelas mengenai Pulau Ende. Dari kependudukan, agama, administrasi, semua. Dan itu cukup.
Diskusi usai, acara pun berlanjut dengan.. Ramah Tamah. Ya, nama lainnya makan malam. Hehe. Luar biasa pesta sederhana itu. Saya yang tipe pemilih makanan malam itu mau rakus. Habis tidak tahu kapan lagi kami akan kesini dengan makanan khas daerahnya. Mencoba itu wajib, suka atau tidak itu urusan selanjutnya.
Malam itu, kami disuguhi 2 macam masakan ayam yang begitu lezat (Ruc: mencoba mengingat tapi benar-benar lupa. Pun tidak ditulis oleh si Rucitra dua tahun lalu ayam nya itu bagaimana. -_-). Selain ayam, disuguhi juga sambal. Sambal khas Ende mungkin, didalamnya ada timun, tomat, dengan rasa yang cukup pedas untuk saya. Juga disajikan sayur sop, kerupuk, nasi merah, dan yang paling dahsyat dan utama yang menjadi highlight malam itu adalah... Jagung Bose (Ruc: lupa pula rasanya asin atau manis saat itu. Ack. Tapi asli enak! Soalnya dibuku tertulis enak). Jagung Bose ini makanan khas orang NTT.
Selain makanan-makanan yang sungguh mengenyangkan tadi, Bupati dan jajarannya itu mengajari kami tarian khas Ende yaitu Tari Gawi. Tarian ini mengutamakan gerak kaki. Langkah per langkah mengikati irama yang lama-lama (Ruc: hingga kini) terngiang-ngiang.
Lelah tapi bahagia, itulah makna malam itu. Bertemu orang-orang yang saling menghargai. Berbagi asa dan rasa. Saling penuh harap untuk bisa memajukan Pulau Ende. Saling tertawa bersama, semua tak ada beban. Saya siap menghadapi hari-hari di Pulau Ende.
Ps: Maaf sekali Bapak Bupati Ende saya lupa catat nama Bapak. Dimaafkan ya. :D
Comments
Post a Comment