Skip to main content

Kukar yang Mengakar

Terbang jauh ke Pulau Kalimantan, bukan pertama kali tapi selalu berkesan. Mendarat di Balikpapan menyebrang ke Samarinda hingga berkelana ke Kutai Kartanegara. Dua kota, satu kabupaten, dalam satu waktu. Itu rute yang ditempuh untuk mencari akar sejarah bangsa. Lebih tepatnya, akar sejarah agama Hindu di Indonesia. Kukar, mereka menyederhanakan kabupaten bernama Kutai Kartanegara.

Kukar yang Mengakar
Saat itu, sekitar 300-an Masehi, cukup “jauh” dari tahun 2019. Kira-kira 1719 tahun yang lalu berdirilah satu kerajaan Hindu di Kutai. Raja pertamanya bernama Kudungga. Ia memiliki cucu yang bernama Mulawarman. Generasi ketiga dari Sang Kudungga itu meninggalkan tugu peringatan. Tugu itu diberikan oleh para Brahmana, sebagai “penanda” sifat kedermawanan Sang Mulawarman.

Yupa ke 8, tak bisa sembarangan kita mengunjungi Yupa tersebut bahkan ketika didampingi oleh penjaga Yupa.

Tugu yang dihadiahkan dari para Brahmana itu kini seolah menjadi akar sejarah. Sejarah mengenai kerajaan Hindu tertua yang pernah ada di Indonesia. Masa berdiri kerajaan ini memang belum pasti. Ada yang mengatakan pada empat Masehi. Ada pula yang menetapkannya pada lima Masehi. Mana yang benar, tak jadi masalah, karena tugu-tugu itu tetap yang tertua.

Tugu-tugu itu berupa batu tegak seperti tiang bernama Yupa. Di permukaannya terpahatkan pesan-pesan berbahasa Sanskerta. Dipahatkan dengan aksara Pallawa awal. Pesan-nya begitu mendalam. Terukir pula silsilah kerajaan dan keagungan Sang Mulawarman hingga kedermawanannya.

Kini, tempat ditemukannya prasasti ini telah berkembang begitu pesat jika dibandingkan dengan masa lalu. Di Desa Muara Kaman Hulu, Kecamatan Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur lah tempat yupa-yupa tersebut ditemukan. Yupa yang ditengarai merupakan Yupa ke-8 juga masih berada di sini, dan telah diberi penutup berupa cungkup. Ketujuh Yupa lainnya sekarang berada di Museum Nasional. Semuanya telah berstatus sebagai Cagar Budaya peringkat Nasional.

Menuju Situs Muara Kaman bukan perkara mudah. Kami harus menempuh 2 jam darat menuju tepi sungai dimana kapal-kapal besar telah menunggu untuk menyebrangkan kami ke Situs Muara Kaman. Membutuhkan waktu sekitar 30 menit hingga ke sebrang. Tak lupa, penganan di Desa Muara Kaman Hulu sangat menggugah selera. Ikan dan berbagai makanan laut begitu segar dan enak. 


Raja yang Berganti Menjadi Sultan
Sang Istana Mulawarman, maap miring. Fotografernya amatir!
Seiring waktu berjalan, empat abad setelah kerajaan Hindu pertama runtuh, Kerajaan Kutai Mulawarman diambil alih oleh Kerajaan Kutai Kartanegara. Melalui pertempuran yang terjadi pada abad XVII. Tepatnya pada masa pemerintahan Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa. Ia adalah Raja Kutai Kartanegara yang ke-8. Lokasi kerajaan ini begitu strategis, karena terletak di tepi Sungai Mahakam. Kerajaan Kutai Kartanegara berkembang pesat karena mendapat dukungan Kerajaan Majapahit.

Sebenarnya sempat terjadi pemindahan pusat pemerintahan. Perpindahan itu dilakukan pada masa kepemimpinan Aji Muhammad Parikesit sebagai Sultan Ke-19. Ia adalah Raja Kutai Kartanegara terakhir. Di tempat baru ini dibangunlah Istana Kerajaan Kutai Kartanegara bergaya Eropa Klasik. 

Pelabuhan Istana Kutai yang menua dan usang namun terus berdaya guna.
Di sebrang istana, terdapat pelabuhan yang telah menua dan usang namun terus berdaya guna. Dermaga yang pernah menjadi pusat pelabuhan seolah menjadi saksi pentingnya penggunaan transportasi air pada masa itu. Pelabuhan ini terbuat dari kayu. Sudah sangat kusam namun masih terus menjadi sandaran kapal berlabuh.

Kerajaan Kutai Kartanegara runtuh pada Desember 1959. Seiring dengan adanya Peraturan Pemerintah tentang menghapuskan swapraja. Istana bergaya Eropa Klasik itu kini telah berubah menjadi museum provinsi. Saat ini gedung museum itu dalam kondisi baik dan juga telah menjadi Cagar Budaya peringkat Nasional.

Jauh Kembali Pada Kubur Tempayan
Tinggalan di Situs Sanga-Sanga

Rangkaian panjang sejarah di Kutai Kartanegara memang mengakar pada tugu-tugu batu itu. Akan tetapi, jauh sebelum kepercayaan Hindu maupun Islam hadir di tanah Kalimantan, ada pula tinggalan-tinggalan masa prasejarah. Salah satunya kubur tempayan yang berada di Gunung Selendang Sanga-sanga. Tepatnya berada di Kelurahan Sanga-Sanga, Kecamatan Sanga-Sanga, Kabupaten Kutai Kartanegara.
Kubur tempayan yang disebut tajau itu berisi jasad manusia. Berdasarkan hasil penelitian diperkirakan berasal dari sekitar 1470 Masehi. Usai penelitian, kubur tempayan ini ditutup kembali. Namun, informasi mengenai kubur tempayan itu sekarang dapat dilihat di Pusat Informasi Wadah Kubur. Yang juga bisa dikunjungi oleh siapa saja yang cinta akan sejarah panjang Bangsa Indonesia.

Situs Sanga-Sanga
Perjalanan-perjalanan menelusuri sejarah panjang bangsa ini membuat saya sadar. Indonesia itu sangat kaya. Klise tapi saya ingin meyakinkan kalau itu benar. Hanya untuk orang-orang yang tersadar akan luasnya ragam kekayaan Indonesia. Salah satunya, tinggalan purbakala.

Oya, selamat Hari Purbakala Nasional ke-106 untuk Indonesia pada tanggal 14 Juni 2019! Sejarah hari purbakala saja sepertinya harus punya postingan tersendiri.



Maap numpang eksis..

Comments

  1. Wah jadi inget dulu suka banget pelajaran sejarah, suka karena takut digebuk pake penggaris kayu yang panjang sih. Hahahaha. Dan pas banget tentang kerajaan Kutai Kartanegara ini kena gebuk gara-gara ada bagian yang lupa. AKu salut nih ada yang bikin konten sejarah kaya gini, jadi bisa belajar banyak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, senang tulisan saya bisa bermanfaat. Kebetulan emang ini tempat kerja, jadi seneng juga ngejalaninnya. Hehe

      Delete
  2. Kukar mengingatkan saya dengan Festival Erau. Salah satu festival yang sangat meriah karena didatangi oleh delegasi dan peserta dari luar negeri.

    ReplyDelete
  3. Kukar, satu sisi dari sejarah pulau Kaliman tan yang jarang saya baca. Thank you for sharing this article.

    ReplyDelete
  4. Mencoba mengingat2 kembali sosok dari nama2 familiar yg sering disebut di buku sejarah.
    Wah kepingin deh mengunjungi situs bersejarah kayak kakak.

    ReplyDelete
  5. Kukar yg mengakar, kukira tadinya cerpen gitu pas baca judulnya. Ternyata oh ternyata kukar itu kutai kartanegara

    ReplyDelete
  6. Bagaimana kalau, tugu-tugu batu itu dibuat oleh pemilik kekuasaan yg ternyata kejam, tapi krn dia kuasa, bs saja menulis yg baik2. Seluruh tugu batu yg berisi hal2 jelek ttg penguasa diperintahkan untuk dihancurkan :)

    ReplyDelete
  7. Waahh.. emang suka sejarah ya mbak?
    Kesana pergi sendiri atau sama rombongan? Perlu berapa lama mbak buat explore situs di Kukar?

    ReplyDelete
  8. Saya sempat mengunjungi Museum Mulawarman, yang sebelumnya pernah menjadi Kraton Kutai Kertanegara. Melihat koleksinya, seakan membawa saya menjadi saksi kejayaaan Kukar. Tapi waktu itu saya ndak ditemani guide, jadi terimakasih sangat untuk informasinya kak deasy

    ReplyDelete
  9. Baca cerita jadi ngebayangin terus kondisi Kukar.. seru ya mbak...

    ReplyDelete
  10. Aku baru tau ada hari Purbakala Nasional hehehe telat banget ya. Artikelnya lengkap sekali Kak, jadi bisa bayangkan tempatnya. Keren

    ReplyDelete
  11. Saya ke kukar cuma main ke Tugu Khatulistiwa, Santan Ulu. Lain kali kesini deh

    ReplyDelete
  12. Selamat Hari Purbakala juga, Kak...seneng bacanya. Bisa inget-inget lagi pelajaran sejarah jaman sekolah dulu.

    ReplyDelete
  13. Diksinya dalem banget ya. Enak dibacanya. Aku sampe mikir dulu itu kukar apaan 😂

    ReplyDelete
  14. Selamat Hari Purbakala juga, kak...
    Seneng bacanya. Jadi mengingatkanku pada pelajaran sejarah masa sekolah dulu

    ReplyDelete
  15. Sama seperti ka Puspa tadi aku bingung baca judulnya apaan ya kukar? Ternyata singkatan dari Kutai kartanegara, mantap Ka article nya jadi nambah wawasan mengenai sejarah.

    ReplyDelete
  16. Wah ini bahasannya berat amat ya.
    Btw baru Tau Ada Hari purbakala nasional.

    ReplyDelete
  17. Cerita sejarah seperti ini yang saya tunggu-tunggu. Makasih ya artikelnya :)

    ReplyDelete
  18. Wah awalnya bingung dengan Kukar.
    Lengkap sekali infonya tentang sejarah Kutai Kertanegara. Keren.
    Semakin bangga dan ingin tahu lagi tentang sejarah bangsa kita.

    ReplyDelete
  19. Aku jadi penasaran sama Kukar ini, kira2 masih banyak nggak pemeluk Hindu di Borneo?

    ReplyDelete
  20. Wahh pengetahuan baru nih, akan masuk tempat yang harus dikunjungi nih hehe

    ReplyDelete
  21. Suka ga nyampe otaknya kalo baca ttg sejarah. Ini kok asik bacanya yaaa. hehe

    ReplyDelete
  22. Terima kasih sudah menuliskan lagi sejarah Kutai Kartanegara..., Mbak. Ternyata begitu panjang ya perjalanannya...dan Alhamdulillah peninggalannya masih dengan baik terjaga juga sudah menjadi museum dan cagar budaya. Semoga satu saat saya juga berkempatan mengunjunginya

    ReplyDelete
  23. Kerajan Kutai adalah salah satu kerajaan yang masyhur dalam dunia pelajaran sejarah di sekolah wkwkw. Tapi tetep saja kalau aku sih pelupa, susah banget inget2 yang beginian. Nah tulisan ini sudah bantu mengingatkan. 🤭

    ReplyDelete
  24. Wahhh bener ka Indonesia kaya akan ragam budaya dan situs purbakala. Satu lagi saya belajar banyak tentang purbakala dan baru tahu juga kalau ada Hari Purbakala Nasional. Terima Kasih untuk sharingnya.

    ReplyDelete
  25. Kalau dengar kata kukar, jadi ingat klub bola Mitra Kukar haha. Tapi keren Ka artikelnya, jadi nambah wawasan saya tentang sejarah Nusantara.

    ReplyDelete
  26. Menarik informasi tentang Kubur tempayannya mbak.. kok saya kudet banget nih...

    ReplyDelete
  27. Kutai Kertanegara.. bener ya mbak emang sejarah bangsa indonesia ini sangat panjang dan menarik untuk diikuti.. dulu suka banget pelajaran sejarah.. sekarang dah lupa semuaa..
    Abis kakak nulis kubur tempayan langsung gogling dong bentuknya.. hahaha..

    ReplyDelete
  28. Selalu kagum sama konten2nya kak Deasy. Saya dulu ngga terlalu suka belajar sejarah, tapi baca tulisannya tentang Kukar ini ngga kayak lagi belajar sejarah. Makasih sudah menambah wawasan saya.

    ReplyDelete
  29. Terima kasih artikelnya, nambah pengetahuan tentang sejarah. Dan sya baru tahu kalau tgl 14 Juni 2019 itu hari purbakal nasional Indonesia ke 106

    ReplyDelete
  30. Jadi flashback jaman sekolah dulu... thankyou banget mba.. ini paket kumplit buat inget2 sejarah kukar dalam waktu singkat... nambah wawasan sejarah saya lagi...

    ReplyDelete
  31. Cape bacanya, gakda fotonya, padahal pen liat kukar

    ReplyDelete
  32. Seru neh jadi inget pas duduk dibangku SMA suka dapat job bacain buku sejarah. Selamat Hari Purbakala.. udah lama banget baca ini jadi keingatan lagi deh.

    ReplyDelete
  33. Kok aku terkagum-kagum baca tulisan kakak. Akan beda ketika yang ada di sana aku. Yang nggak ngerti sejarah dan nggak ada ketertarikan yang gimana2. Keren banget kak. Berbobot.

    ReplyDelete
  34. Ulasan sejarahnya menarik kak, narasinya juga tak membosankan.
    Bikin saya yg gak suka sma sejarah ini jadi kembali tertarik untuk belajar.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Si Roco dan Dharmasraya yang Raya

Candi Induk di Kawasan Percandian Padang Roco Sumber: Omar Mohtar Mendaki bukit, melewati sungai, menyeruak rawa dan hutan, memanjat pagar, digigit nyamuk ganas dan berkunjung ke rumah ular. Setidaknya itu yang terlintas jika mengingat perjalanan ke Kabupaten Dharmasraya. Jangan bilang kalian baru dengar tentang Kabupaten Dharmasraya? Ya, saya juga baru dengar ketika harus ditugaskan kesana 2018 lalu. Sedikit informasi tentang Kabupaten Dharmasraya , kabupaten ini merupakan daerah hasil pemekaran kabupaten Sawahlunto/Sijunjung pada 2004. Seperti namanya, Dharmasraya begitu raya. Raya akan nilai sejarah dan tinggalan arkeologis. Konon, meskipun ini bisa dibuktikan dengan tinggalan berupa prasasti yang ditemukan, di Dharmasraya ini lah berdiri ibukota dari Kerajaan Melayu pada waktu itu. Pemandangan dari Candi Bukik Awang Maombiak Taken by: Omar Mohtar Menembus 200 kilometer jalan darat dari Bandara Minangkabau di Padang Pariaman menuju Dharmasraya, bahagianya

Pulau Indah nan Misterius itu Bernama Sagori

“ Mengenal Lebih Dekat Pulau Indah Bernama Sagori ” Adi dan Hana, Anak-Anak Bahagia di Pulau Sagori Pulau Sagori, nama yang asing oleh kebanyakan masyarakat Indones ia . Bahkan, di peta saja pulau ini belum tergambar. Namun ternyata pulau ini mengandung sejarah signifikan eksistensi kompeni Belanda atau Vereenigde Oostindische Compagnie yang disingkat VOC pada saat melakukan pelayaran di lautan Indonesia. Oleh karena itu, sebaiknya kita dapat sedikit mengenal lebih dekat Pulau Sagori. Pulau Sagori terletak secara administratif di Kelurahan Sikeli, Kecamatan Kabaena Barat, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara. Nama Sagori, konon menurut penduduk setempat didapatkan dari sebuah nama wanita yang pernah terdampar di pulau ini. Sebelum ia mati ia sempat menyebutkan kata “Sagori.. Sagori..” Terlepas apakah ini benar atau tidak namun cerita ini telah turun temurun tersampaikan. Lalu, apa pentingnya pulau yang tak dikenal banyak oleh masyarakat Indonesia bahkan tak ada