Pada hari Rabu pagi sekitar pukul 07.00 kami kelompok Pulau Ende meninggalkan KRI Teluk Mandar - 514. Kapal berlabuh di pelabuhan Maumere (Ruc: Maumere ada di Utara Pulau Flores sedangkan Pulau Ende ada dibagian selatan. Buka peta ya!). Dari Pelabuhan Maumere kami menunggu mobil jemputan dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Ende. Cukup lama kami menunggu sempat mengisi baterai telepon genggam yang hampir mati dan sudah mati sambil tertidur. Kami menunggu di kantor pelabuhan yang sepertinya lama tak dihuni. Hanya meja seadanya dan kursi-kursi tunggu yang sudah keropek.
Terlebih saat saya ingin ke kamar mandi tak ada air sama sekali disana. Entah karena memang kesulitan air atau kantor itu lama tak dijamah. Ngomong ngomong, kami disambut amat ramah oleh Kepala Pelabuhan beserta jajarannya. Asal kalian tahu, Tak seperti perawakan orang Timur yang gagah besar dan menyeramkan, dibalik nada-nada tinggi mereka, mereka jauh lebih tulus dan baik daripada orang sini. Stigma ini harus pelan-pelan dirubah. Nanti ke anak cucu juga wajib. Sekitar 1 hingga 2 jam kami menunggu. Tertawa, mengobrol, istirahat, dan menikmati lautan bening di Pelabuhan juga lihat-lihat kapal-kapal yang parkir disana.
Ini Pelabuhan Maumere. Bergaris Karena Kamera Aku Rusak di Perjalanan Photo By: Kamera Samsung Ringsek Rucitra Deasy |
Ternyata sebuah minibus yang menjemput kami bukan mobil. Akhirnya kami mulai bergerak dari Pelabuhan Maumere menuju perjalanan panjang ke Selatan Flores Kabupaten Ende. Senaaaang! Tapi tunggu.. Ternyata kami harus menghadapi pengalaman lucu. Harus percaya kalau minibus yang kami tunggu-tunggu, tak jauh dari pelabuhan hanya sekitar 5 menit itu berhenti. Si minibus yang terlambat hadir karena masalah komunikasi dan bilang kami akan sampai pukul 09.00 dan ternyata kami sudah tiba pukul 07.00 itu mesinnya mati, atau, m-o-g-o-k. (Ruc: Pada saat itu tentu saya panik dan sedikit kesal karena menunggu lama, tapi kini saya tertawa. Ha!).
Cukup lama kami menunggu minibus dibetulkan. Ada yang sempat ke warung internet, ada yang jajan-jajan, saya? Melakukan hobi saya: TIDUR. 1 jam berlalu.. 2 jam berlalu.. Minibus biru itu tak kunjung mau menyala. Syukurlah, datang Kak Hery seorang petugas Bappeda Kabupaten Ende datang menyelamatkan kami. Ia pun memutuskan untuk untuk menyewa bus komersial jurusan Maumere - Ende dengan nama heroik "Sang Prabu". Dramatis bukan? Berkat bantuan Kak Hans adik Kak Hery akhirnya siang itu iya siang sekali sekitar pukul 11 atau 12 kami baru melepaskan kaki dari Pelabuhan Maumere. Penuh dengan barang akhirnya sebagian anak -termasuk saya- naik ke mobil kantor yang dibawa Kak Hery dan Kak Forkas (kakak baik petugas Bappeda yang menyupiri Maumere - Ende). Sedangkan Kak Hans naik bus bersama anak lainnya.
Rucitra Deasy Mau Punya Kenangan di Pelabuhan Maumere. Berlatar Kapal Barang yang Sedang Parkir Disana. Photo By: Kamera Samsung Ringsek Rucitra Deasy |
Tak sempat makan siang, karena sudah disiapkan di penginapan kami lalu melaju menuju Ende dengan harapan bisa cepat sampai. Perut semakin lapar ternyata, karena tak kunjung sampai. Pun tidak ada warung makan di sepanjang jalan itu. Sore barulah kami sampai di daerah bernama Wolowaru katanya sudah dekat ke Ende. Kami pun sudah tak niat makan dan diberitahu kalau di hotel sudah disiapkan makanan untuk kita. Kami urung makan dan hanya mengisi perut dengan teh hangat sambil melepas lelah. Ternyata, tidak seperti yang ditakutkan selama di kampus harga disana tidak mahal. Hanya berbeda sekitar Rp. 1000 - Rp. 2000. Mungkin karena ini masih di kota. Setelah selesai beristirahat kami melanjutkan perjalanan. Wolowaru oh Wolowaru menuju Ende.
Dengan penuh harap segera sampai Ende dan istirahat disertai perut lapar, perjalanan Maumere - Ende luar biasa. Memabukkan. Jalanan yang berliku-liku dengan dahsyatnya ini sempat membuat beberapa teman tak kuat menahan rasa mual. Lika-liku jalan itu tak pernah selesai. Ketika tikungan ke kiri belum selesai dilalui tiba-tiba tikungan kekanan sudah muncul. Ya, begitulah perjalanan darat menakjubkan kami. Tetapi seperti yang sudah-sudah, saya salah satu manusia yang menikmati perjalanan ketimbang saat sampai tujuan. Jadi, harus diakui bahwa perjalanan sekitar 6 jam itu menakjubkan. Kalau senang, apapun baik-baik saja. Saya tak mual sama sekali. Hihi.
Perjalanan ini begitu menyenangkan terlebih di lika-liku jalan itu saya dimanjakan Yang Kuasa. Pemandangan ala lukisan di daratan Flores luar biasa. Jurang disisi kiri memberikan lekukan-lekukan badan gunung yang hijau nan indah. Tebing-tebing di sisi kanan tak kalah menawan. Tinggi curam menutupi atap kendaraan. Merkeka berdua, membentuk sajian lengkap panorama. Ah, indah. Terlalu indah untuk saya.
to be continued..
Ps: tulisan mengalami banyak perubahan dari si buku merah. Karena di buku tugas itu gak bisa nulis seenak jidat. Terlebih saya masih punya ingatan kuat disana yang tak tersampaikan dalam tulisan di buku merah. But, thanks for remembering me dear buku merah.
pengalaman......
ReplyDeleteBetul sekali.
Deletemantap...........
ReplyDelete