Skip to main content

Ende, Flores, NTT: Bung Karno Was Here



Rumah pengasingan Bung Karno di Ende pada tahun 2011.
 Sederhana cenderung tak terawat
Photo by: Nokia C3 Rucitra Deasy

Pernah dengar sejarah kelam Presiden RI Pertama kita ketika beliau di buang kan? Nah, beliau pernah dibuang pada masa pemerintahan Belanda ke Ende. Salah satu kabupaten yang ada di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Ende merupakan tempat pembuangan pertama beliau di luar Pulau Jawa. Jangan tanya kemasyhuran Soekarno di mata dunia. Beliau cukup disegani oleh pemimpin-pemimpin di luar Indonesia diantaranya di Roma, Jerman, dan Rusia ketika beliau menyebarkan semangat Pancasila di mata dunia. Patutlah kita berbangga akan beliau dan tidak melupakannya.

Kini bekas rumah pembuangan Soekarno itu sudah menjadi salah satu tujuan wisata. Rumah yang beliau tinggali dahulu beserta keluarganya yang berupa rumah tahanan itui terletak di Jalan. Perwira No. 24 Kab. Ende. Berukuran sekitar 8 x 12 m dan begitu sederhana. Masih banyak benda-benda yang ditinggalkan didalamnya. Seperti lukisan indah dan naskah tonil yang beliau kerjakan dalam mengisi waktu senggangnya, juga benda-benda penuh sejarah lain seperti dua tongkat kayu, kasur, piring-piring, dan foto-foto di masa itu. Dirumah inilah Pancasila dikandung dan dirumuskan.

Hasil lukisan Bung Karno yang kini disimpan di Rumah Pengasingan
Photo by: Nokia C3 Rucitra Deasy

Situs ini cukup banyak dikunjungi wisatawan. Terutama bagi mereka yang begitu mencintai Soekarno. Bahkan tak sedikit wisatawan dari luar Indonesia berdatangan. Selain rumah Situs Bung Karno, wisatawan juga bisa mengunjungi beberapa tempat lain yang terkait wisata sejarah Bung Karno, diantaranya sebuah pohon sukun yang biasa dijadikan Bung Karno tempat merenung merumuskan pancasila yang terletak di Lapangan Pancasila. Juga beberapa gedung yang menjadi tempat Bung Karno bermain drama dalam mengisi waktu luangnya.

Dalam waktu dekat situs-situs ini direncanakan untuk ditata lebih baik oleh pemerintah setempat. Rumah akan di rekonstruksi seperti dahulu namun lebih indah dan sesuai fungsi juga akan dikembangkannya budaya khas Ende, kesenian tradisional, kerajinan tangan, souvenir, pengembangan atraksi wisata, juga tourism map! Semua akan memanjakan wisatawan ketika berkunjung ke Ende.
Mari datang ke Ende, kunjungi Situs Bung Karno!

Comments

Popular posts from this blog

Kukar yang Mengakar

Terbang jauh ke Pulau Kalimantan, bukan pertama kali tapi selalu berkesan. Mendarat di Balikpapan menyebrang ke Samarinda hingga berkelana ke Kutai Kartanegara. Dua kota, satu kabupaten, dalam satu waktu. Itu rute yang ditempuh untuk mencari akar sejarah bangsa. Lebih tepatnya, akar sejarah agama Hindu di Indonesia. Kukar, mereka menyederhanakan kabupaten bernama Kutai Kartanegara. Kukar yang Mengakar Saat itu, sekitar 300-an Masehi, cukup “jauh” dari tahun 2019. Kira-kira 1719 tahun yang lalu berdirilah satu kerajaan Hindu di Kutai. Raja pertamanya bernama Kudungga. Ia memiliki cucu yang bernama Mulawarman. Generasi ketiga dari Sang Kudungga itu meninggalkan tugu peringatan. Tugu itu diberikan oleh para Brahmana, sebagai “penanda” sifat kedermawanan Sang Mulawarman. Yupa ke 8, tak bisa sembarangan kita mengunjungi Yupa tersebut bahkan ketika didampingi oleh penjaga Yupa. Tugu yang dihadiahkan dari para Brahmana itu kini seolah menjadi akar sejarah. Sejarah mengenai k

Si Roco dan Dharmasraya yang Raya

Candi Induk di Kawasan Percandian Padang Roco Sumber: Omar Mohtar Mendaki bukit, melewati sungai, menyeruak rawa dan hutan, memanjat pagar, digigit nyamuk ganas dan berkunjung ke rumah ular. Setidaknya itu yang terlintas jika mengingat perjalanan ke Kabupaten Dharmasraya. Jangan bilang kalian baru dengar tentang Kabupaten Dharmasraya? Ya, saya juga baru dengar ketika harus ditugaskan kesana 2018 lalu. Sedikit informasi tentang Kabupaten Dharmasraya , kabupaten ini merupakan daerah hasil pemekaran kabupaten Sawahlunto/Sijunjung pada 2004. Seperti namanya, Dharmasraya begitu raya. Raya akan nilai sejarah dan tinggalan arkeologis. Konon, meskipun ini bisa dibuktikan dengan tinggalan berupa prasasti yang ditemukan, di Dharmasraya ini lah berdiri ibukota dari Kerajaan Melayu pada waktu itu. Pemandangan dari Candi Bukik Awang Maombiak Taken by: Omar Mohtar Menembus 200 kilometer jalan darat dari Bandara Minangkabau di Padang Pariaman menuju Dharmasraya, bahagianya

Pulau Indah nan Misterius itu Bernama Sagori

“ Mengenal Lebih Dekat Pulau Indah Bernama Sagori ” Adi dan Hana, Anak-Anak Bahagia di Pulau Sagori Pulau Sagori, nama yang asing oleh kebanyakan masyarakat Indones ia . Bahkan, di peta saja pulau ini belum tergambar. Namun ternyata pulau ini mengandung sejarah signifikan eksistensi kompeni Belanda atau Vereenigde Oostindische Compagnie yang disingkat VOC pada saat melakukan pelayaran di lautan Indonesia. Oleh karena itu, sebaiknya kita dapat sedikit mengenal lebih dekat Pulau Sagori. Pulau Sagori terletak secara administratif di Kelurahan Sikeli, Kecamatan Kabaena Barat, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara. Nama Sagori, konon menurut penduduk setempat didapatkan dari sebuah nama wanita yang pernah terdampar di pulau ini. Sebelum ia mati ia sempat menyebutkan kata “Sagori.. Sagori..” Terlepas apakah ini benar atau tidak namun cerita ini telah turun temurun tersampaikan. Lalu, apa pentingnya pulau yang tak dikenal banyak oleh masyarakat Indonesia bahkan tak ada