Skip to main content

Buku Harian Merah, 27 Juni 2011: Hidden Paradise, Ona Ra


I can't take a good shoot of the beautiful Ona Ra. So, here is the best picture
that show how beautiful Ona Ra is. Since I shoot it with my broken lenses.
Sorry of my lame excuse. Hoho.
By. Kamera Samsung Ringsek Rucitra Deasy

Hari Senin tiba! Senin ini kegiatan diisi dengan ber-Rumah Kreatif dan sore hari kami menelusur hingga ke ujung pulau dan bertemu Ona Ra yang indah.
Pagi hari kami belajar, bernyanyi, membaca, menggambar di Rumah Kreatif dari pukul 09.00 hingga pukul 15.30. Saya dan beberapa teman yang sedang piket menjaga Rumah Kreatif merapihkan RK pagi di hari Senin sebelum membuka Rumah Kreatif. Saya melabeli buku-buku yang kami bawa dari kampus. Juga mengajarkan para kader yang nantinya akan meneruskan kegiatan RK sepeninggal kami untuk melabel. Dan, mereka teramat sangat terampil dan pintar.


Rasanya hidup kita tak pernah luput dari banyak belajar. Pun dari riak air dan dedaunan yang jatuh.. Sudah sebaik dan seharusnya kita belajar dan terus belajar dari apapun..

Here is another shoot of Ona Ra. The beach and look how
clear the water is. I put no filter in it.
By. Nokia C3 Rucitra Deasy
Ketika saya melabel karena saya yang ditugaskan, yang lain saling bahu membahu terus mempercantik RK. Mendekorasinya, membersihkan dari debu, mengecat, menggambar indah di dindingnya. Pukul 13.00 anak-anak yang sedari tadi menunggu sudah diperbolehkan masuk dan mereka terlihat antusias. Namun, ada berita sedikit tidak mengenakkan bahwa ternyata RK tidak bisa diresmikan pada hari Kamis karena pembukaan harus menunggu Bapak Camat pulang dari Jakarta. Ya sudahlah.. Yang penting RK bisa tetap buka dan bermanfaat bagi warga Pulo Ende. Menunggu hingga 4 Juli Bapak Camat pulang dan meresmikan RK tak masalah.

Antusiasme anak-anak disana begitu menggembirakan hati. Di dalam dada rasanya ada gegap gempita melihat mereka antusias. Hari ini anak-anak diajarkan menulis biodata. Sedangkan anak-anak yang lebih kecil diceritakan cerita anak-anak dari buku-buku yang kami bawa. Juga anak-anak lain lebih memilih menggambar dan mewarnai. Anak-anak laki-laki antusias bermain bola di halaman sempit RK kami. Ah, indah rasanya.. Terlalu indah. Begini rasanya bisa bermanfaat bagi orang lain.

Sore hari sayangnya kami harus tutup.. Kami semua kecuali kelompok 1 yang tinggal di atas gunung di Pulo dan cukup jauh dari desa lainnya harus membantu kelompok 3 yaitu kelompok yang mengerjakan tugas pariwisata. Kami disana mengambil foto dan menulusuri titik-titik rahasia nan indah di Pulau Ende. Sore pukul 15.30 kami ke Desa Redodori. Desa Redodori adalah desa paling ujung dari Pulau Ende.

Setelah menelusur Desa Redodori kami terus dan terus ke ujung barat daya hingga menemukan pantai penuh cerita Tanjung Rah atau Ona Ra. Penamaan Tanjung Rah atau Ona Ra ini tidak sembarang. Tanjung Rah atau Ona Ra atau sering disebut juga dengan Tanjung Darah merupakan tebing batu dengan bercak merah disalah satu bagian tebing seperti percikkan darah. Bercak merah tersebut dipercaya warga sebagai darah orang Portugis yang dulu sempat menempati pulau itu yang jatuh dari tebing. Ada juga cerita lain yang dipercaya warga, darah yang ada di tebing itu konon merupakan sepasang muda-mudi yang dari tebing karena hubungan mereka tidak disetujui. Tidak diketahui kapan semua peristiwa ini terjadi.

Disana, setelah melalui pantai yang biasa dilalui warga terus ke ujung melewati bebatuan karang kecil. Lalu terus ke ujung kami menemukan sebuah pantai indah dengan batu-batuan besar yang penuh sejarah. Disana, di Ona Ra, warga sering merayakan Idul Fitri bersama keluarga. Ya, tempat ini begitu spesial sehingga hanya didatangi pada hari-hari istimewa saja.
Back of Us. The path we should pass to meet Ona Ra.
By. Kamera Samsung Ringsek Rucitra Deasy
Look how clear the water is and forget how dark I was. Muahaha
The stone, the water, and the scenery is a bunch of amazement.
By. Nokia C3 Rucitra Deasy


Comments

Popular posts from this blog

Kukar yang Mengakar

Terbang jauh ke Pulau Kalimantan, bukan pertama kali tapi selalu berkesan. Mendarat di Balikpapan menyebrang ke Samarinda hingga berkelana ke Kutai Kartanegara. Dua kota, satu kabupaten, dalam satu waktu. Itu rute yang ditempuh untuk mencari akar sejarah bangsa. Lebih tepatnya, akar sejarah agama Hindu di Indonesia. Kukar, mereka menyederhanakan kabupaten bernama Kutai Kartanegara. Kukar yang Mengakar Saat itu, sekitar 300-an Masehi, cukup “jauh” dari tahun 2019. Kira-kira 1719 tahun yang lalu berdirilah satu kerajaan Hindu di Kutai. Raja pertamanya bernama Kudungga. Ia memiliki cucu yang bernama Mulawarman. Generasi ketiga dari Sang Kudungga itu meninggalkan tugu peringatan. Tugu itu diberikan oleh para Brahmana, sebagai “penanda” sifat kedermawanan Sang Mulawarman. Yupa ke 8, tak bisa sembarangan kita mengunjungi Yupa tersebut bahkan ketika didampingi oleh penjaga Yupa. Tugu yang dihadiahkan dari para Brahmana itu kini seolah menjadi akar sejarah. Sejarah mengenai k

Si Roco dan Dharmasraya yang Raya

Candi Induk di Kawasan Percandian Padang Roco Sumber: Omar Mohtar Mendaki bukit, melewati sungai, menyeruak rawa dan hutan, memanjat pagar, digigit nyamuk ganas dan berkunjung ke rumah ular. Setidaknya itu yang terlintas jika mengingat perjalanan ke Kabupaten Dharmasraya. Jangan bilang kalian baru dengar tentang Kabupaten Dharmasraya? Ya, saya juga baru dengar ketika harus ditugaskan kesana 2018 lalu. Sedikit informasi tentang Kabupaten Dharmasraya , kabupaten ini merupakan daerah hasil pemekaran kabupaten Sawahlunto/Sijunjung pada 2004. Seperti namanya, Dharmasraya begitu raya. Raya akan nilai sejarah dan tinggalan arkeologis. Konon, meskipun ini bisa dibuktikan dengan tinggalan berupa prasasti yang ditemukan, di Dharmasraya ini lah berdiri ibukota dari Kerajaan Melayu pada waktu itu. Pemandangan dari Candi Bukik Awang Maombiak Taken by: Omar Mohtar Menembus 200 kilometer jalan darat dari Bandara Minangkabau di Padang Pariaman menuju Dharmasraya, bahagianya

Pulau Indah nan Misterius itu Bernama Sagori

“ Mengenal Lebih Dekat Pulau Indah Bernama Sagori ” Adi dan Hana, Anak-Anak Bahagia di Pulau Sagori Pulau Sagori, nama yang asing oleh kebanyakan masyarakat Indones ia . Bahkan, di peta saja pulau ini belum tergambar. Namun ternyata pulau ini mengandung sejarah signifikan eksistensi kompeni Belanda atau Vereenigde Oostindische Compagnie yang disingkat VOC pada saat melakukan pelayaran di lautan Indonesia. Oleh karena itu, sebaiknya kita dapat sedikit mengenal lebih dekat Pulau Sagori. Pulau Sagori terletak secara administratif di Kelurahan Sikeli, Kecamatan Kabaena Barat, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara. Nama Sagori, konon menurut penduduk setempat didapatkan dari sebuah nama wanita yang pernah terdampar di pulau ini. Sebelum ia mati ia sempat menyebutkan kata “Sagori.. Sagori..” Terlepas apakah ini benar atau tidak namun cerita ini telah turun temurun tersampaikan. Lalu, apa pentingnya pulau yang tak dikenal banyak oleh masyarakat Indonesia bahkan tak ada