Skip to main content

Ananta Samakhom Throne Hall: Museum dalam Istana

Ananta Samakhom Throne Hall: Museum dalam Istana 

Me in front of Ananta Samakhom Throne Hall


Siapapun yang mencintai dan menghargai museum, seni, cagar budaya, sejarah, dan kebudayaan, Ananta Samakhom Throne Hall (ASTH) ini akan sangat berkesan dan menjadi tempat yang wajib dikunjungi. Termasuk saya. 

Bertema "Arts of the Kingdom", pameran ini akan membuat kalian ternganga dan takjub karena kemegahan dan keagungan koleksi yang dibuat oleh Queen Sirikit Institute, Chitralada Villa. 

For your info, Queen Sirikit adalah ratu dari raja saat ini yaitu HM King Rama IX. Dan, Queen Sirikit Institute, Chitralada Villa merupakan Support Foundation dari Queen Sirikit karena kebanggaannya akan rakyat Thailand yang memiliki sense artistik. 


Setelah mengunjungi Wimanmek Mansion, saya menuju ke ASTH. Papan penunjuk sangat jelas dan jangan takut tersasar meski kompleks istana ini sangat luas karena setiap sudut istana sudah diberikan papan penujuk dan petugas yang siap mengarahkan. Sampai di area luar ASTH, pengunjung akan diminta untuk menaruh tas diloker dan loker ini gratis. Jangan lupa membawa tiket terusan dari Grand Palace serta dompet, handphone, dan kamera. 

Perjalanan belum selesai hingga akhirnya terlihat bangunan megah bergaya Eropa. Inilah Ananta Samakhom Throne Hall. Pengunjung bebas berfoto di depan bangunan ini. Setelah puas berfoto ada bangunan kecil juga bergaya Eropa di sebrang ASTH. Disinilah pengunjung menukarkan tiket Grand Palace atau bisa juga membeli tiket tunggal. Di ruangan ini pula pengunjung harus meninggalkan alat perekam seperti handphone dan kamera (tenang, ada loker gratis untuk menyimpan alat elektronik). Karena kita sama sekali tidak diperbolehkan mengambil gambar koleksi maupun bagian dalam ASTH. Oleh karena itu, kalian bisa datang dan menikmati sendiri kemegahan koleksi dan bangunan ini.

Selain urusan tiket, ditempat ini juga akan dilihat apakah kita pantas untuk memasuki ASTH. Jika tidak, pengunjung diharuskan membeli sarung Thailand seharga 50 baht. Ini termasuk murah untuk kain sepanjang kira-kira 1 meter-1,5 meter. 

Setelah urusan tiket dan penyimpanan barang selesai pengunjung dipersilahkan masuk melalui pintu bagian kiri bangunan. Lagi-lagi disini pengunjung akan diperiksa. Dari alat metal detector hingga pemerikasaan seluruh badan oleh penjaga (it seriously strict!). Usai pemeriksaan, tiket pengunjung akan di scan dan ditanya masuk dalam grup apa sendirian. Karena saya hanya berdua teman, kita diberikan alat audio seperti telefon genggam. Alat ini untuk memberikan penjelasan koleksi. Pengunjung akan ditanya berasal dari mana, karena saya orang Indonesia dan mereka sepertinya tidak punya audio bahasa Indonesia saya dan teman diberikan audio bahasa Inggris. Yang saya tahu mereka punya penutur bahasa Inggris, Cina, Korea, Jerman. Mungkin ada yang lain. Sedangkan untuk grup tur mereka sudah menyiapkan guide dan gratis! Saya pun menikmati 1 jam terakhir menjelang museum ditutup dengan seksama dan mengagumi koleksi.

Sedikit bocoran mengenai apa yang ada pada museum di dalam sebuah istana ini adalah hasil karya seni dan kerajinan dari Kekuasaan Kerajaan Chakri yang dibuat oleh Queen Sirikit Institute, Chitralada Villa.
  
Koleksi ini diantaranya tiga model kapal tongkang dari upacara kerajaan yang dibuat dari emas dan perak. Selain itu, ada layar sulaman bertema Inao. Sulaman ini merupakan contoh teknik penyulaman Thailand kuno yang disebut "pak soy" dimana benang sutra terbaik digunakan dalam jahitan tumpuk yang membuat warna dan cahaya berefek realistis. Entah buat kalian, tapi buat saya koleksi ini sangat indah dan mengagumkan. Buat saya, bukan bahan emas atau perak dan sutra terbaik yang membuat saya kagum, namun detil dan teknik pembuatannya. Entah berapa lama, berapa orang, teknik seperti apa yang mereka lakukan dan gunakan untuk membuat hasil karya seperti ini.

Selain dibuat takjub oleh koleksi, bangunan yang menjadi museum ini juga memiliki arsitektur yang tidak kalah mengagumkan. Ananta Samakhom Throne Hall diperintahkan untuk dibangun di tanah Istana Dusit pada tahun 1907. Bangunan selesai dibangun pada tahun 1915 di masa kekuasaan HM King Rama VI. Tempat ini penuh gemerlap pualam Carrera dari Itali dan dihiasi dengan dekorasi Renaissance. Bangunan ini merupakan National Treasure Thailand dan menjadi tempat untuk acara kebesaran kerajaan dan pemerintahan. Pada tahun 2008, HM the King memberikan izin untuk Queen Sirikit Institute, Chitralada Villa untuk menggunakan ASTH sebagai museum.

Bagi siapa saja yang datang kesini wajib bagi kalian untuk menggunakan pakaian yang rapi. Celana pendek baik laki-laki atapun perempuan tidak diperbolehkan. Baju tanpa lengan juga tidak boleh baik laki-laki maupun wanita. Satu lagi, wanita wajib pakai rok dibawah lutut. Kemarin saya pakai jeans panjang dan tidak diperbolehkan masuk dan harus membeli sarung Thailand seharga 50 baht.



Ananta Samakhom Hall: Museum in a Palace

As much as I love museum, art, heritage, history, and culture, this throne hall is so memorable and a must visit for whom share the same interest. Themed as Arts of the Kingdom this exhibition will gave you a pleasure and amazement with a grand and luxurious masterpiece by Queen Sirikit Institute, Chitralada Villa.

For your info, Queen Sirikit is a queen from the current king, HM King Rama IX. And, Queen Sirikit Insititute, Chitralada Villa are Support Foundation from the Queen due to her proudness of people of Thailand who have a sense of artistic.

After visiting Wimanmek Mansion, I visit ASTH. Direction sign is very clear and you need no worry you’ll lost your way even when this palace is big. Because there’s always a guard here and there. In the outside area of ASTH, visitors will be asked to put the bag on locker and it’s for free. You only allowed to bring your camera, phone, and wallet (don’t forget to bring your ticket!).
Your journey is not over yet till you see a majestic European style building. This is the Ananta Samakhom Throne Hall. Visitors are allowed freely taking a picture of this building. After you done taking a photo, there’s this small European style building across ASTH. In here, visitor can exchange a ticket from Grand Palace or you can buy a single ticket. Also, you need to drop you recording tools like camera and phone (there’s a free locker for visitors to put your stuff). Because, visitors are not allowed taking a single picture of the collection or interior design of ASTH. Thus, you can enjoy this if you come here.         
Besides ticketing, in this venue you’ll be scanned if your attire is appropriate enough or not for entering ASTH. If it’s not, you must buy a Thai sarong around 50 baht.

Done with your ticketing and saving your stuff, visitors entering the hall on the left side of ASTH. And yes, here is another visitors checking. From metal detector to physical check by the guard (it seriously strict!). After this, visitors ticket will be scanned and be ask in a group or individual. If individual, visitors will be ask where are us from and they will give us this audio device with our language. This device is for telling us the explanation of the collection. For, a group tour they will provide you with a free guide.

A little sneak peek about the collection in this museum inside a palace are the finest arts and crafts from the 9th reign of the House of Chakri created by Queen Sirikit Institute, Chitralada Villa.

These collection including Models of the Royal Barges. These three models of the magnificent royal barges from the royal ceremony are made from exquisite gold and silverwork. Beside that, there’s an Embroidered Screen on the Theme of “Inao”. This embroidered is a fine example of the ancient Thai embroidery technique called “pak soy” where the finest silk thread are used in an overlapping stitcht that plays up the shading of colour hues and light for a realistic effect. I don’t how about you, but for me, this collection is so beautiful and amazing. For me, not the material of golden and silver that make me amaze, the detail of it’s craft and technique used by them play a very important role to my amazement. I don’t know for how long, how many people, and what kind of technique they use to create such an amazing craft.

Beside amazement by it’s collection, this throne hall is also has an amazing architecture. HM King Rama V commisioned this throne hall built on the ground of the Dusit Palace in 1907. It was completed in 1915 in the reign of HM King Rama VI. The throne hall is replendent with Carrera marble from Italy, embellished with a rich Renaissance decor. The throne hall is a National Treasure and serves as a venue for the Kingdom's Royal and governmental pageantry. In 2008, HM the King graciously granted permission for the Queen Sirikit Institute, Chitralada Villa, to use ASTH as a museum for the Arts of the Kingdom.

For whoever coming here it is a must for you guys to wear appropriate attire. Short pants men or women are not allowed. So do sleeveless clothes both women and men. And, women is required to wear a skirt below knee or Thai sarong.




Alamat/Address                         : Ananta Samakhon Throne Hall, Dusit Palace
Transportasi/Transportation       : take a bus no. 28 from Victory Monument around 10 baht
Telepon/Telephone                    : +66-2283-9411 / +66-2283-9185
Situs/Website                            : www.artsofthekingdom.com
Biaya masuk/Admission fee        : free if you buy Grand Palace ticket! Or..
150 baht for adult
75 baht for students and senior citizen
Jam buka/Open                         : 10.00 am to 17.00 pm (ticket available from 9.45 am to 16
30 pm) 
Tutup/Closed                             : Monday, New Years, Songkran, Constitution Day (10 Dec)

Note:
- If there any mistake please do correct me. Especially grammatical error because I seriously bad at it.
- I’m not translating in English exactly as I write in Indonesia

* Berencana menulis tentang Queen Sirikit Museum meski tidak punya foto bangunannya (karena lupa foto saking hectic-nya). Ditunggu ya!


Comments

Popular posts from this blog

Kukar yang Mengakar

Terbang jauh ke Pulau Kalimantan, bukan pertama kali tapi selalu berkesan. Mendarat di Balikpapan menyebrang ke Samarinda hingga berkelana ke Kutai Kartanegara. Dua kota, satu kabupaten, dalam satu waktu. Itu rute yang ditempuh untuk mencari akar sejarah bangsa. Lebih tepatnya, akar sejarah agama Hindu di Indonesia. Kukar, mereka menyederhanakan kabupaten bernama Kutai Kartanegara. Kukar yang Mengakar Saat itu, sekitar 300-an Masehi, cukup “jauh” dari tahun 2019. Kira-kira 1719 tahun yang lalu berdirilah satu kerajaan Hindu di Kutai. Raja pertamanya bernama Kudungga. Ia memiliki cucu yang bernama Mulawarman. Generasi ketiga dari Sang Kudungga itu meninggalkan tugu peringatan. Tugu itu diberikan oleh para Brahmana, sebagai “penanda” sifat kedermawanan Sang Mulawarman. Yupa ke 8, tak bisa sembarangan kita mengunjungi Yupa tersebut bahkan ketika didampingi oleh penjaga Yupa. Tugu yang dihadiahkan dari para Brahmana itu kini seolah menjadi akar sejarah. Sejarah mengenai k

Si Roco dan Dharmasraya yang Raya

Candi Induk di Kawasan Percandian Padang Roco Sumber: Omar Mohtar Mendaki bukit, melewati sungai, menyeruak rawa dan hutan, memanjat pagar, digigit nyamuk ganas dan berkunjung ke rumah ular. Setidaknya itu yang terlintas jika mengingat perjalanan ke Kabupaten Dharmasraya. Jangan bilang kalian baru dengar tentang Kabupaten Dharmasraya? Ya, saya juga baru dengar ketika harus ditugaskan kesana 2018 lalu. Sedikit informasi tentang Kabupaten Dharmasraya , kabupaten ini merupakan daerah hasil pemekaran kabupaten Sawahlunto/Sijunjung pada 2004. Seperti namanya, Dharmasraya begitu raya. Raya akan nilai sejarah dan tinggalan arkeologis. Konon, meskipun ini bisa dibuktikan dengan tinggalan berupa prasasti yang ditemukan, di Dharmasraya ini lah berdiri ibukota dari Kerajaan Melayu pada waktu itu. Pemandangan dari Candi Bukik Awang Maombiak Taken by: Omar Mohtar Menembus 200 kilometer jalan darat dari Bandara Minangkabau di Padang Pariaman menuju Dharmasraya, bahagianya

Pulau Indah nan Misterius itu Bernama Sagori

“ Mengenal Lebih Dekat Pulau Indah Bernama Sagori ” Adi dan Hana, Anak-Anak Bahagia di Pulau Sagori Pulau Sagori, nama yang asing oleh kebanyakan masyarakat Indones ia . Bahkan, di peta saja pulau ini belum tergambar. Namun ternyata pulau ini mengandung sejarah signifikan eksistensi kompeni Belanda atau Vereenigde Oostindische Compagnie yang disingkat VOC pada saat melakukan pelayaran di lautan Indonesia. Oleh karena itu, sebaiknya kita dapat sedikit mengenal lebih dekat Pulau Sagori. Pulau Sagori terletak secara administratif di Kelurahan Sikeli, Kecamatan Kabaena Barat, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara. Nama Sagori, konon menurut penduduk setempat didapatkan dari sebuah nama wanita yang pernah terdampar di pulau ini. Sebelum ia mati ia sempat menyebutkan kata “Sagori.. Sagori..” Terlepas apakah ini benar atau tidak namun cerita ini telah turun temurun tersampaikan. Lalu, apa pentingnya pulau yang tak dikenal banyak oleh masyarakat Indonesia bahkan tak ada