Skip to main content

Perkembangan Tata Kota Bogor dari Abad Ke-18 hingga Abad ke-20

Awal mula mengapa saya mengangkat tema ini pertama karena letakknya dekat dengan tempat tinggal saya. Dan, kenapa harus cari tempat yang jauh untuk penelitian skripsi kalau di daerah sendiri saja masih banyak yang harus di eksplorasi. Jadi inilah tema yang saya angkat disamping ada juga berbagai alasan lain yang luar biasa menakjubkan.  



Disini saya berikan link menuju sebagian skripsi saya yang bisa diunduh secara bebas namun jika ingin membaca lebih lanjut bisa menghubungi saya langsung. Ingat ya ini skripsi, jadi penelitian yang dilakukan berdasar pada penelitian setara sarjana. Jika ingin mengutip skripsi ini tentu saja boleh. Ingat, -mengutip- bukan menduplikasi tanpa memberikan referensi atau yang sering disebut dengan copy dan paste. Terutama pada hasil deskripsi dan analisis. Silahkan mengutip isi skripsi ini dengan bebas asal dengan menyertakan sumber. Sudah terbiasa kan dengan hal ini di bidang akademik? Semoga ilmu dan penelitian ini bermanfaat meskipun skripsi ini jauh dari kata sempurna.

Abstrak dalam Bahasa Indonesia: 

Skripsi ini membahas mengenai perkembangan tata Kota Bogor pada abad ke-18 hingga abad ke-20 dimana Istana Bogor menjadi titik awal berkembangnya bangunan kolonial lain disekitarnya. Istana Bogor masih berdiri hingga saat ini. Penelitian mengenai tata kota ini dilakukan agar dapat diketahui persebaran, perkembangan, dan hubungan komponen Kota Bogor dari abad ke-18 hingga abad ke-20. 

Pada penelitian ini digunakan peta tahun 1898, 1914, dan 1946 agar dapat menunjukkan bagaimana perkembangan Kota Bogor dari abad ke abad. Selain peta, untuk menjelaskan perkembangan pada abad ke-18 dimana peta yang menunjukkan abad ini sulit ditemukkan, maka dipergunakan data berupa pustaka dan foto lama. 

Dari penelitian ini kemudian diketahui bahwa Kota Bogor berkembang secara menyebar di sekitar Istana Bogor dan perkembangan ini  terlihat terutama ke arah utara Kota Bogor. Juga diketahui bahwa Kota Bogor memiliki perkembangan pembangunan signifikan di segala se
ktor. Terutama perkembangan bangunan penelitian yang kemudian diikuti dengan bangunan pemerintahan.

Untuk membaca sebagian skripsi ini bisa diakses di:  Perkembangan Tata Kota Bogor dari Abad Ke-18 hingga Abad ke-20

Comments

Popular posts from this blog

Kukar yang Mengakar

Terbang jauh ke Pulau Kalimantan, bukan pertama kali tapi selalu berkesan. Mendarat di Balikpapan menyebrang ke Samarinda hingga berkelana ke Kutai Kartanegara. Dua kota, satu kabupaten, dalam satu waktu. Itu rute yang ditempuh untuk mencari akar sejarah bangsa. Lebih tepatnya, akar sejarah agama Hindu di Indonesia. Kukar, mereka menyederhanakan kabupaten bernama Kutai Kartanegara. Kukar yang Mengakar Saat itu, sekitar 300-an Masehi, cukup “jauh” dari tahun 2019. Kira-kira 1719 tahun yang lalu berdirilah satu kerajaan Hindu di Kutai. Raja pertamanya bernama Kudungga. Ia memiliki cucu yang bernama Mulawarman. Generasi ketiga dari Sang Kudungga itu meninggalkan tugu peringatan. Tugu itu diberikan oleh para Brahmana, sebagai “penanda” sifat kedermawanan Sang Mulawarman. Yupa ke 8, tak bisa sembarangan kita mengunjungi Yupa tersebut bahkan ketika didampingi oleh penjaga Yupa. Tugu yang dihadiahkan dari para Brahmana itu kini seolah menjadi akar sejarah. Sejarah mengenai k

Si Roco dan Dharmasraya yang Raya

Candi Induk di Kawasan Percandian Padang Roco Sumber: Omar Mohtar Mendaki bukit, melewati sungai, menyeruak rawa dan hutan, memanjat pagar, digigit nyamuk ganas dan berkunjung ke rumah ular. Setidaknya itu yang terlintas jika mengingat perjalanan ke Kabupaten Dharmasraya. Jangan bilang kalian baru dengar tentang Kabupaten Dharmasraya? Ya, saya juga baru dengar ketika harus ditugaskan kesana 2018 lalu. Sedikit informasi tentang Kabupaten Dharmasraya , kabupaten ini merupakan daerah hasil pemekaran kabupaten Sawahlunto/Sijunjung pada 2004. Seperti namanya, Dharmasraya begitu raya. Raya akan nilai sejarah dan tinggalan arkeologis. Konon, meskipun ini bisa dibuktikan dengan tinggalan berupa prasasti yang ditemukan, di Dharmasraya ini lah berdiri ibukota dari Kerajaan Melayu pada waktu itu. Pemandangan dari Candi Bukik Awang Maombiak Taken by: Omar Mohtar Menembus 200 kilometer jalan darat dari Bandara Minangkabau di Padang Pariaman menuju Dharmasraya, bahagianya

Pulau Indah nan Misterius itu Bernama Sagori

“ Mengenal Lebih Dekat Pulau Indah Bernama Sagori ” Adi dan Hana, Anak-Anak Bahagia di Pulau Sagori Pulau Sagori, nama yang asing oleh kebanyakan masyarakat Indones ia . Bahkan, di peta saja pulau ini belum tergambar. Namun ternyata pulau ini mengandung sejarah signifikan eksistensi kompeni Belanda atau Vereenigde Oostindische Compagnie yang disingkat VOC pada saat melakukan pelayaran di lautan Indonesia. Oleh karena itu, sebaiknya kita dapat sedikit mengenal lebih dekat Pulau Sagori. Pulau Sagori terletak secara administratif di Kelurahan Sikeli, Kecamatan Kabaena Barat, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara. Nama Sagori, konon menurut penduduk setempat didapatkan dari sebuah nama wanita yang pernah terdampar di pulau ini. Sebelum ia mati ia sempat menyebutkan kata “Sagori.. Sagori..” Terlepas apakah ini benar atau tidak namun cerita ini telah turun temurun tersampaikan. Lalu, apa pentingnya pulau yang tak dikenal banyak oleh masyarakat Indonesia bahkan tak ada