Skip to main content

Perburuan Binatang Zaman Prasejarah: Sebuah Seni Lukis Masa Prasejarah di Pulau Muna

 Lukisan Gua
Di Indonesia seni lukis pada gua muncul pada masyarakat yang ada pada masa berburu dan mengumpulkan makanan tingkat lanjut. Ditemukan tersebar di daerah Sulawesi Selatan, Kepulauan Maluku, dan Pulau Irian (Soejono, 1984: 161). Pada tahun 2009 ditemukan juga lukisan gua di barat Indonesia yaitu di Sumatera Selatan.
            Masyarakat masa berburu dan mengumpulkan makananan perlu memenuhi kebutuhan hidupnya dengan berburu dimana mereka harus beradaptasi dengan lingkungan demi pemenuhan ini. Dengan adaptasi maka manusia pada masa prasejarah dapat menyesuaikan kehidupan dengan pemenuhan kebutuhan hidup yang salah satunya adalah dengan berburu.
Dalam usaha manusia masa prasejarah beradaptasi dengan lingkungannya dengan melakukan berburu, mereka menggunakan sebuah ritual berburu yang dinamakan dengan hunting magic atau sihir perburuan dan fertility magic atau sihir kesuburan. Media sihir perburuan dan sihir kesuburan pada masa prasejarah ini adalah sebuah lukisan yang tergambar di gua. Hasil dari interaksi manusia dengan lingkungan alam berupa binatang ini kemudian menghasilkan sebuah kebudayaan yang tercermin dari lukisan gua. Selain penggambaran binatang untuk perburuan, biasanya pemilihan binatang yang digambarkan memiliki makna tersendiri.
Lukisan gua memiliki banyak istilah dan definisi. Istilah lukisan gua juga sering disebut lukisan gua, lukisan prasejarah, seni cadas, rock art, rock painting, cave art. Sedangkan mengenai definisi lukisan gua yang dikemukakan oleh David S. Whitley yaitu “… consist of pictures, motifs, and designs placed on natural surfaces such as cliff and boulder faces, cave walls and ceilings, and the ground surface” (Whitley, 2005: 3).
Rock art terdiri dari suatu gambar, motif, dan desain yang ditempatkan pada permukaan batuan alamiah seperti permukaan tebing dan batu besar, dinding dan langit-langit gua, dan permukaan tanah. Lukisan gua ini menurut David S. Whitley juga termasuk pictographs (lukisan dan gambar), petroglyphs (goresan dan ukiran) dan earth figures (ukir-ukiran, geoglyphs, dan earthforms)
Lukisan gua menyebar hampir di seluruh dunia yaitu Eropa, Afrika, Amerika, Australia, dan Asia. Eropa, Australia, Afrika merupakan contoh lukisan gua yang baik dalam menunjukkan bukti-bukti interaksi manusia dengan hewan buruannya.
 Di Eropa terutama banyak ditemukan di Spanyol di Gua Altamira dan di Prancis di gua Lascaux. Australia dengan sebaran lukisan gua yang begitu luas dan raya akan banyak ditemukan lukisan gua mengenai perburuan. Di Afrika lukisan gua terutama ditemukan di daerah selatan dan utara. Di Indonesia sendiri ditemukan di daerah timur dan sekarang ditemukan di daerah barat yaitu di Gua Harimau, Sumatera Selatan.
Lukisan Gua di Dunia
Eropa
            Penelitian yang dilakukan di Eropa terutama dilakukan di Eropa Barat, khususnya di Prancis yaitu Gua Lascaux, dan Spanyol di Gua Altamira. Di Eropa lukisan gua sudah ada sejak 13.566 SM. Lukisan-lukisan di Eropa ini kebanyakan dibuat berupa tampak samping.
            Binatang-binatang yang digambarkan di gua-gua Eropa berupa kuda yang digambarkan secara detail dan bagus, mammoth yang digambarkan tidak terlalu detail, ibex, badak yang digambarkan tidak terlalu detail, unicorn yang digambarkan memiliki tanduk yang cukup panjang sehingga diperkirakan bahwa unicorn ini adalah manusia yang memakai jubah binatang, bison, burung hantu, ikan, kijang yang digambarkan secara berseni dengan teknik yang bagus (ditemukan terutama di Gua Lascaux), beruang yang tidak begitu banyak digambarkan dan letaknya ditengah gua, binatang-binatang carnivor digambarkan hanya sedikit kemungkinan karena sulit untuk dapat dijadikan objek lukisan karena takut.
Di lukisan gua di Eropa binatang-binatang yang merupakan mamalia penghasil daging digambarkan secara detail dan indah. Sebaliknya binatang carnivor digambarkan hanya sedikit dan tidak detail apalagi indah. Pada penggambaran binatang-binatang di Lascaux banyak terdapat gambar geometris seperti pagar yang diinterpretasikan bahwa binatang-binatang tersebut digiring hingga memasuki daerah yang diinginkan dengan pagar batas tersebut. Di Gua Lascaux juga terdapat gambar yang diperkirakan bercerita mengenai seorang pemburu yang kalah oleh binatang diburu tetapi ini hanya sedikit sekali.

Bison Berdiri, Gua Altamira, Spanyol
Sumber: Google Image
Australia
            Lukisan prasejarah Australia berasal dari 40.000-13.000 tahun yang lalu, bahkan hingga kini pada kebudayaan suku Aborigin, karena itu Australia memiliki situs gua terbanyak dan tersebar luas, misalnya temuan di Sidney-Hawkesbury, Mulgowan Station, Greenfeld Station (New South Wales), kompleks Gua Koonalda, Devon Downs, Flinders Ranger (Australia Selatan), kompleks Gua Willeroo Stations, Cleland Hills, dan Arnhem Land (Australia Utara), Kepulauan Dampier, Teluk Carpentaria, hingga Pulau Tasmania.
            Di Australia terdapat sebuah kerangka ideologi yang disebut dengan dreaming dimana masyarakat menjaga keseimbangan antara manusia dan alam, juga menjelaskan keteraturan alam semesta. Di dalam dreaming terdapat totem yaitu binatang-binatang yang dilindungi oleh kepercayaan dreaming. Dalam kepercayaan dreaming yang paling penting adalah sebuah proses.
Afrika
            Di Afrika lukisan gua terutama ditemukan di daerah selatan dan utara. Banyak ditemukan dalam bentuk goresan (engraving) dan dikaitkan dengan budaya Caspia. Menurut pertanggalan C-14, tingkat budaya yang terakhir di daerah ini berasal dari 6.000-6500 SM.

Penggambaran Binatang pada Lukisan Gua di Indonesia
           Seperti yang telah disebutkan di atas persebaran lukisan gua di Indonesia berada di daerah Pulau Irian, Kepulauan Maluku, Kalimantan, Sumatera Selatan dan Sulawesi. Penyelidikan terhadap lukisan gua di Irian Jaya dilakukan oleh RÅ‘der pada tahun 1937. Penggambaran binatang pada lukisan gua di daerah Irian ini adalah ikan dan binatang melata (kadal) yang bentuknya distilir. Penggambaran kadal merupakan lambang nenek moyang. Di kalangan penduduk setempat binatang kadal disebut dengan matutuo dan dianggap sebagai pahlawan nenek moyang dan karena itu sampai sekarang di tempat-tempat yang mengandung lambang tersebut masih dilakukan upacara dan tari-tarian (Soejono, 1984: 166).
Lukisan gua terbanyak di Maluku ditemukan di Kep. Kei dan Pulau Seram, yaitu di sepanjang Teluk Seleman. Lukisan-lukisan binatang yang ada di Maluku ini berupa kadal, burung, rusa, manusia sedang menaiki kuda.
            Lukisan gua di Kalimantan banyak dijumpai di Kalimantan Timur dan Barat. Temuan awal diketahui dari laporan tim speleologi gabungan Indonesia-Prancis tahun 1982, 1983, 1986. Situs-situs di daerah Kalimantan ditemukan di daerah Sungai Bungan (Kapuas Hulu) dan Pegunungan Muller (Kutai), Kabupaten Sambas dan Ketapang.
Baru-baru ini ditemukan sebuah lukisan gua di Gua Harimau yang terletak sekitar 2 km di selatan Desa Padang Bindu, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan. Warna lukisan yang merah-kecokelatan membuatnya cukup menonjol. Di gua ini penggambaran binatang diperkirakan berupa ular karena memiliki moncong ke atas dan juga terlihat seekor hewan berkaki empat menyerupai rusa (Simanjuntak, 2009).
Penggambaran Binatang pada Lukisan Gua di Pulau Muna
Penemuan lukisan gua di daerah Sulawesi Selatan pertama kali dilakukan oleh C.H.M Heeren Palm pada tahun 1950 di Leang PattaE. Di Leang PattaE ini ditemukan penggambaran binatang berupa babi-rusa yang sedang melompat dengan panah dibagian jantungnya. Sedangkan di Sulawesi Tenggara penelitian mengenai lukisan gua di Pulau Muna telah dilakukan oleh Kosasih S. A pada tahun 1977 (Soejono, 1984:  
Pulau Muna terletak di sebelah tenggara Propinsi Sulawesi Tenggara. Secara geografis posisinya terletak pada 122° – 123° BT dan 4° – 6° LS, dengan luas ± 4.950 km² dan ber-ibu kota Raha. Lingkungan alam di Pulau Muna yaitu berbukit-bukit batu gamping dan batu karang, disamping bentukan-bentukan bergunduk yang kadang-kadang memiliki lubang besar maupun ceruk.
Lukisan-lukisan di Pulau Muna ini terdapat di gua-gua Lasabo, Tangga Ara, Metanduno, dan Kobori. Gaya lukisan pada gua di Pulau Muna berbeda dengan di gua-gua di Sulawesi Selatan, di daerah Maros khususnya. Hal-hal yang dilukiskan di gua-gua Muna meliputi bermacam jenis, antara lain: manusia dalam berbagai sikap (seperti sedang menaiki, memegang tombak atau pedang, berkelahi, dan sebagainya), matahari, perahu layar dinaiki orang dan binatang. Penggambaran binatang pada lukisan gua di Pulau Muna diantaranya kuda, rusa, buaya, anjing, kadal, dan sebagainya.
Gua Lasabo menghadap ke tenggara, Gua Lasabo dapat dikatakan kecil dengan panjang 20 m, lebar 2,5 m dan tinggi 3 m. Sebagian besar penggambaran lukisan di Gua Lasabo adalah binatang berbentuk rusa. Disamping penggambaran rusa tersebut terdapat penggambaran manusia dengan senjata panah di tangan. Hal ini jelas menggambarkan suatu adegan perburuan. Lukisan ini diperjelas lagi dengan adanya lukisan manusia dalam sikap membidik terhadap kerumunan rusa jantan dan betina, disamping adanya lukisan empat ekor binatang anjing yang sedang menyerang seekor rusa jantan bertanduk runcing. Kecuali rusa dan anjing, juga ditemukan lukisan kuda baik sebagai motif lukisan gua maupun dengan hubungannya sebagai sarana transportasi yang bersifat sosial-ekonomis hingga saat ini. Di Gua Lasabo lain yaitu Gua Lasabo B jumlah lukisan tidak begitu banyak tetapi hal yang digambarkan sama dengan Gua Lasabo A. Hal yang unik pada gua ini adalah penggambaran pengepungan terhadap seekor rusa jantan yang dilakukan oleh lima pemburu, dua diantaranya menggunakan senjata tombak dan panah (Kosasih S. A, 1982: 48).
            Gua Tangga Ara terletak ± 2 km dari Gua Lasabo dengan ukuran panjang 18 m, lebar 4,5 m, dan tinggi 3 m. Penggambaran objek pada gua ini digambarkan pada staklatit gua. Sebagian besar lukisan menggambarkan bentuk manusia dan penunggang kuda, ditangannya terdapat perlengkapan tombak dan perisai. Selain itu juga terdapat penggambaran rusa yang jumlahnya sedikit dan digambarkan tidak begitu jelas. Hal ini menunjukkan pada gua ini penggambaran lebih memberikan pengertian mengenai peperangan daripada perburuan (Kosasih S. A, 1982: 49).
            Gua Metanduno merupakan gua sempurna yang berbentuk kubah. Proses bentukan alami pada stalaktit dan stalakmit masih terus berlangsung. Hal ini menyebabkan kerusakan pada lukisan-lukisan, akibat kelembaban yang tinggi. Ukuran Gua Metanduno ini memiliki lebar mulut gua 21 m, dalam 23 m, dan panjang melintang 25 m, dan tinggi hingga ke langit-langit 8 m.
Penggambaran lukisan gua berupa binatang yang terdapat di dinding timur berupa sebanyak 4 kuda dengan dua diantaranya sudah rusak, 4 ular, 2 lipan, 5 burung. Penggambaran binatang pada dinding barat berupa 8 rusa satu diantaranya sedang ditombak, 10 anjing yang dilukiskan bersama-sama pemburu dengan letak yang tidak beraturan, 1 babi yang digambarkan cukup besar bersama binatang buruan lainnya, 2 sapi yang digambarkan cukup besar dan menyendiri dan digambarkan jenis kelamin yang menunjukkan kelamin wanita (Aksa, 1991).
Kuda yang ada pada penggambaran di lukisan Gua Mentanduno merupakan kuda yang digunakan baik untuk sarana berperang maupun untuk berburu. Terdapat adegan perburuan terhadap seekor rusa jantan bertanduk runcing, dilakukan oleh manusia dengan senjata tombak yang diarahkan pada punggungnya yang diikuti oleh 2 anjing. Hingga saat ini kuda masih digunakan oleh warga sekitar. Digunakan sebagai kuda beban atau kuda pacu, yang biasanya diadakan pada waktu upacara-upacara tertentu yang sifatnya tradisional (Kosasih S. A, 1982: 49).
Gua Kobori letaknya tidak jauh dari Gua Metanduno lebih tepatnya terletak di belakang Gua Metanduno. Ukuran Gua Kobori lebar mulutnya 23 m, dalamnya 25 m, sedangkan panjang melintang 27 m, tinggi hingga langit-langit ± 10 m. Gua Kobori memiliki bentuk kubah yang sama seperti Gua Metanduno.
Penggambaran binatang di dinding utara terdapat 2 lukisan kuda tanpa ditunggangi manusia, 2 lukisan rusa yang satu diantaranya terkena tombak dibagian punggung, 2 anjing yang digambarkan bersama pemburu, 2 kambing yang digambarkan bersama pemburu berbadan gemuk yang sedang bersiap melemparkan tombak, 1 buaya yang digambarkan sedang diserang oleh para pemburu, 1 biawak yang juga digambarkan sedang diserang oleh pemburu dan anjingnya. Pada dinding selatan terdapat penggambaran binatang berupa 1 rusa dan 1 buaya yang sedang diserang oleh pemburu (Aksa, 1991)
Adegan pada lukisan di Gua Kobori bermacam-macam, antara lain sebagai pemburu berkuda yang semuanya bersenjatakan tombak dan dengan binatang buruannya berupa lembu, rusa, babi, dan anjing. Adegan yang cukup unik pada Gua Kobori adalah penggambaran seorang pemburu berbadan gemuk, pendek dan bulat, digambarkan mirip bentuk kura-kura. Tangan kanannya memegang senjata tombak, yang siap ditancapkan pada punggung seekor rusa. Secara perbandingan bentuk tampaknya tidak sesuai, sebab lukisan rusa tersebut lebih besar daripada pemburunya (Kosasih S. A, 1983: 51).
Gua Lasabo, Tangga Ara, Metanduno, dan Kobori yang berada pada kawasan di Pulau Muna merupakan daerah yang merekam dengan baik keberadaan binatang pada masa berburu dan mengumpulkan tingkat lanjut. Dari gambar-gambar ini masyarakat di kemudian hari mengetahui binatang yang dikonsumsi maupun binatang yang menjadi hama tanaman yang kemudian diburu pada masyarakat prasejarah. Juga mengetahui para pemburu yang merupakan nenek moyang di daerah Pulau Muna tersebut. 

Kuda Ditunggangi Pemburu
Sumber: Cahyo Rahmadi 
Belajar masa lalu seperti menyatukan kepingan puzzle. Dicari satu per satu kemudian disatukan didalam satu wadah. Semoga semua penelitian mampu menjawab bagaimana kebudayaan masa lalu terjadi.  Pentingkah mempelajari masa lalu untuk kalian?


Daftar Pustaka

Aksa, Laode Muhammad. 1991. Lukisan Dinding Gua Mentanduno dan Gua Kobori di Pulau Muna Sulawesi Tenggara: Suatu Analisa Arkeologi, Skripsi Sarjana pada Jurusan Sejarah dan Arkeologi FS­-UNHAS. Ujung Pandang: Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin.

 Godden, Elaine & Jutta Malnic. 1988. Rock Paintings of Aboriginal Australia. New South Wales: Reed Books  PTY, LTD.
 Permana, Cecep Eka. 2009. Kuliah Umum Lukisan Prasejarah. Depok. (dalam format pdf)
 Simanjuntak, Truman. 2009. Lukisan Prasejarah di Pedalaman Sumatera dalam koran Kompas hal 47. Jakarta: Kompas
 Kosasih S. A. 1982. Tradisi Berburu pada Lukisan Gua di Pulau Muna, Sulawesi Tenggara dalam Rapat Evaluasi Hasil Penelitian Arkeologi I. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
 Whitley, David. S. 2005. Introduction to: Rock Art Research. California: Left Coast Press, inc.
 Soejono, R. P. 1984. Sejarah Nasional Indonesia I: Zaman Prasejarah. Jakarta: Balai Pustaka

Comments

  1. tulisannya bagus. anak arkeo kah?

    ReplyDelete
  2. Di Perancis, ada banyak gua dengan seni lukis bison dan kuda seperti di Gua Lascaux.
    Artikel sangat tertarik terima kasih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Not an Indonesian I guess? Yes. France have tons of cave painting and it's on different level in Indonesia. Since I never been there, I search it from the book and the internet. Correct me if there any mistakes.

      Delete
  3. Interesting artickle..
    Alhamdulillah sudah mengunjungi liang boa Kobori dan Mentanduno.
    Pada awalnya saya agak skeptis, sebelum akhirnya tercengang dan bersyukur; masih bisa menjadi saksi hidup dari peristiwa masa lalu. :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Kukar yang Mengakar

Terbang jauh ke Pulau Kalimantan, bukan pertama kali tapi selalu berkesan. Mendarat di Balikpapan menyebrang ke Samarinda hingga berkelana ke Kutai Kartanegara. Dua kota, satu kabupaten, dalam satu waktu. Itu rute yang ditempuh untuk mencari akar sejarah bangsa. Lebih tepatnya, akar sejarah agama Hindu di Indonesia. Kukar, mereka menyederhanakan kabupaten bernama Kutai Kartanegara. Kukar yang Mengakar Saat itu, sekitar 300-an Masehi, cukup “jauh” dari tahun 2019. Kira-kira 1719 tahun yang lalu berdirilah satu kerajaan Hindu di Kutai. Raja pertamanya bernama Kudungga. Ia memiliki cucu yang bernama Mulawarman. Generasi ketiga dari Sang Kudungga itu meninggalkan tugu peringatan. Tugu itu diberikan oleh para Brahmana, sebagai “penanda” sifat kedermawanan Sang Mulawarman. Yupa ke 8, tak bisa sembarangan kita mengunjungi Yupa tersebut bahkan ketika didampingi oleh penjaga Yupa. Tugu yang dihadiahkan dari para Brahmana itu kini seolah menjadi akar sejarah. Sejarah mengenai k

Si Roco dan Dharmasraya yang Raya

Candi Induk di Kawasan Percandian Padang Roco Sumber: Omar Mohtar Mendaki bukit, melewati sungai, menyeruak rawa dan hutan, memanjat pagar, digigit nyamuk ganas dan berkunjung ke rumah ular. Setidaknya itu yang terlintas jika mengingat perjalanan ke Kabupaten Dharmasraya. Jangan bilang kalian baru dengar tentang Kabupaten Dharmasraya? Ya, saya juga baru dengar ketika harus ditugaskan kesana 2018 lalu. Sedikit informasi tentang Kabupaten Dharmasraya , kabupaten ini merupakan daerah hasil pemekaran kabupaten Sawahlunto/Sijunjung pada 2004. Seperti namanya, Dharmasraya begitu raya. Raya akan nilai sejarah dan tinggalan arkeologis. Konon, meskipun ini bisa dibuktikan dengan tinggalan berupa prasasti yang ditemukan, di Dharmasraya ini lah berdiri ibukota dari Kerajaan Melayu pada waktu itu. Pemandangan dari Candi Bukik Awang Maombiak Taken by: Omar Mohtar Menembus 200 kilometer jalan darat dari Bandara Minangkabau di Padang Pariaman menuju Dharmasraya, bahagianya

Pulau Indah nan Misterius itu Bernama Sagori

“ Mengenal Lebih Dekat Pulau Indah Bernama Sagori ” Adi dan Hana, Anak-Anak Bahagia di Pulau Sagori Pulau Sagori, nama yang asing oleh kebanyakan masyarakat Indones ia . Bahkan, di peta saja pulau ini belum tergambar. Namun ternyata pulau ini mengandung sejarah signifikan eksistensi kompeni Belanda atau Vereenigde Oostindische Compagnie yang disingkat VOC pada saat melakukan pelayaran di lautan Indonesia. Oleh karena itu, sebaiknya kita dapat sedikit mengenal lebih dekat Pulau Sagori. Pulau Sagori terletak secara administratif di Kelurahan Sikeli, Kecamatan Kabaena Barat, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara. Nama Sagori, konon menurut penduduk setempat didapatkan dari sebuah nama wanita yang pernah terdampar di pulau ini. Sebelum ia mati ia sempat menyebutkan kata “Sagori.. Sagori..” Terlepas apakah ini benar atau tidak namun cerita ini telah turun temurun tersampaikan. Lalu, apa pentingnya pulau yang tak dikenal banyak oleh masyarakat Indonesia bahkan tak ada